Share Info

29 July 2011

Marhaban ya RAMADHAN 1432 H

Marhaban Ya.. Ramadhan…

Alhamdulillah, bulan penuh berkah yang senantiasa ditunggu kehadirannya sebentar lagi tiba. Semoga kita selalu diberikan rahmat dan hidayah oleh Allah untuk selalu menjalankan Ibadah dengan Khusyu’.

Pada tahun ini, MI Islamiyah Alwathaniyah kembali menjalankan beberapa program terkait Bulan Ramadhan 1432 H. Salah satunya adalah kegiatan Pondok Ramadhan yang InsyAllah akan dilaksanakan pada minggu ke-3.

Tema Pondok Ramadhan kali ini adalah, “Ramadhan sebagai momentum untuk menuju pribadi yang Sehat, Jujur, dan berakhlak”. Diharapkan ini tidak hanya sekedar tema dan seremonial belaka, namun kita harus memaknai dan benar-benar menjalankan dengan baik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sebagai penjabaran dari Tema yang diambil, berikut beberapa artikel yang diambil dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

Puasa dan Kesehatan

Puasa yang kita jalani selama ini, ternyata memiliki rahasia yang menakjubkan. Disamping memiliki dampak kesehatan psikis, puasa juga menumbuhkan kesehatan fisik. Menurut WHO, kesehatan psikis manusia dapat dirumuskan dengan delapan syarat, yaitu dapat disesuaikan pada kenyataan secara konstruktif meskipun kenyataan itu buruk, dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan, merasa lebih puas memberi daripada menerima, bebas dari rasa tegang dan cemas, dapat berhubungan dengan lingkungan secara tolong menolong dan saling memuaskan, dapat menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari depan, dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian secara kreatif dan konstruktif , dan memiliki kasih sayang yang besar disamping mempunyai keinginan untuk disayangi. Rumusan kesehatan psikis ini bisa terpenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik.

Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Artinya: “Puasalah kamu, maka kamu akan sehat”. ( sanadnya Dhoif )

Suatu ketika seorang dokter utusan Raja Mesir untuk Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam bermukim beberapa lama di Madinah, tetapi karena tidak satupun orang yang berobat kepadanya, maka ia minta izin kepada Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam untuk pulang, sebelum pergi, dokter itu mengungkapkan kekagumannya dan bertanya, “ Tuan, izinkan kami mengetahui rahasia apa yang menyebabkan tidak seorangpun yang mengeluh sakit di sini?”, maka Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Kami kaum yang tidak makan, sehingga merasa lapar, dan bila makan kami tak sampai kenyang.”

Para Ulama Muslim dan para pakar kesehatan menyatakan bahwa sumber dari berbagai penyakit yang sulit diobati adalah memasukkan makanan diatas makanan. Artinya, makanan yang belum tercerna dengan baik di lambung, sudah dimasukkan lagi makanan berikutnya dan seterusnya. Sehingga mesin pencernaan terus bekerja tanpa ada waktu istirahat.

Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan daya serap makanan, menyeimbangkan kadar asam dan Basa dalam tubuh, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan sel-sel tubuh, membuat kulit lebih sehat dan berseri, meningkatkan daya tahan tubuh (Menambah jumlah sel darah putih dan memblokir bakteri, virus dan sel kanker), memperbaiki sistem hormon, dan lainnya.

Rasulullah Salallahu ‘Aalaihi Wasallam menganjurkan kita untuk bersahur, anjuran bersahur ini memiliki makna bahwa puasa perlu persiapan agar mendapatkan tenaga yang prima selama berpuasa. Dengan bersahun, kita akan bangun lebih pagi dan mendapatkan udara yang dibutuhkan oleh tubuh, disamping makanan dan zat cair, tubuh juga memerlukan zat asam, zat asam ini dapat diperoleh dengan menghirup udara segar

Puasa dan Kejujuran

Ada sebuah cerita menarik yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Suatu hari Khalifah melakukan perjalanan dari Madinah ke Mekah. Di tengah jalan beliau berjumpa dengan seorang anak gembala yang tampak sibuk mengurus kambing-kambingnya. Seketika itu muncul keinginan Khalifah untuk menguji kejujuran si gembala. Khalifah Umar berkata, “Wahai gembala, juallah kepadaku seekor kambingmu.”

“Aku hanya seorang budak, tidak berhak menjualnya,” jawab si gembala. “Katakan saja nanti kepada tuanmu, satu ekor kambingmu dimakan serigala,” lanjut Khalifah. Kemudian si gembala menjawab dengan sebuah pertanyaan, “Lalu, di mana Allah?”

Khalifah Umar tertegun karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata ia pun berkata, “Kalimat ‘di mana Allah’ itu telah memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak.”

Kisah di atas merupakan gambaran pribadi yang jujur, menjalankan kewajiban dengan disiplin yang kuat, tidak akan melakukan kebohongan walau diiming-imingi dengan keuntungan materi.

Di bulan suci ini, kita dilatih untuk bersikap jujur, hanya ada satu pengawasan, yaitu karena Allah. Berlaku jujur memang sangat sulit. Apalagi ketika berbenturan dengan kepentingan duniawi. Dalam pikiran kita hanya banyaknya materi yang dimiliki akan segera dihormati banyak orang, jabatan tinggi akan segera dihargai orang.

Puasa bukanlah sekedar menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum. Seandainya sekedar menahan diri dari makan dan minum pun sudah merupakan latihan untuk dapat menguasai dan menjaga diri karena Allah. Dalam puasa, melakukan dan tidak melakukan sesuatu karena Allah secara nalar jauh lebih mudah. Orang yang berpuasa karena orang, misalnya, bisa saja makan atau minum di siang hari secara sembunyi-sembunyi. Makan makanannya sendiri, minum minumannya sendiri, apa susahnya? Tapi untuk apa? Karena Allah-lah yang membuat orang mukmin bersedia menahan lapar, tidak makan makanannya sendiri, menahan haus, tidak minum minumannya sendiri.

Di dalam puasa, orang mukmin digembleng untuk menjadi mukmin yang kuat yang dapat menguasai dan menjaga diri. Mukmin yang lubuk hatinya, pikirannya, hingga pelupuk matanya, merupakan singgasana Allah, sehingga tidak mudah dibuat tergiur oleh iming-iming sesaat seperti hewan, tidak terjerumus berperilaku buas dan serakah seperti binatang. Mukmin sejati, mukmin yang bertakwa kepada Allah.

Kalau seluruh mukmin di Indonesia menjadi takwa, maka negara akan maju, tambah berkembang. Tidak ada lagi koruptor, politikus busuk, legislatif berbuat mesum dan damailah negeri kita. Marilah kita semua berdoa, semoga puasa tahun ini mengantarkan negara kita mencapai puncak kejayaan.

Ramadhan merupakan madrasah akhlak terpuji

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mendukungnya.. selanjutnya,

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)

Ayat diatas menegaskan akan tujuan utama diwajibkannya puasa, yaitu untuk menghidupkan taqwa di dalam hati, menumbuhkan akhlak yang mulia dalam jiwa, sebagaimana ia juga betujuan untuk memunculkan spirit baru bagi orang-orang beriman. Puasa merupakan salah satu sarana dari itu semua, jalan untuk menuju arahnya; karena ia mampu meningkatkan sisi rohani dan akhlaki bagi orang yang berpuasa, sehingga mampu memperkokoh kehendaknya dan membawanya untuk taat dan patuh terhadap apa yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, dan mencegahnya dari sesuatu yang berasal dari ucapan dan perbuatan yang tidak layak, melindunginya dari tunduk kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejahatan, sebagaimana mencegah dirinya dari ucapan kotor, dosa, dan permusuhan atas orang lain, sebagaimana dalam hadits disebutkan:

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلا يَرْفُثْ، وَلا يَصْخَبْ

“Jika pada suatu hari salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak”. (Muttafaq alaih)

dan dalam atsar disebutkan:

إذا صمتَ فلْيَصُمْ سَمْعُك وبصرُك ولسانُك عن الكذب والمَحارم، ودَعْ أذى الخاصَّة، ولْيَكُنْ عليك وقارٌ وسكينةٌ يومَ صيامك، ولا تجعلْ يومَ فطرِك وصومِك سواء

“Jika Anda berpuasa, maka tahanlah (puasalah) pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu dari kata dusta dan yang diharamkan, tinggalkan sesuatu yang meyakitkan diri, dan jadilah atas dirimu orang yang tenang dan damai pada saat anda berpuasa, dan jangan jadikan saat berbuka dan berpuasa anda sama saja”.

Dan jika ada seseorang yang memusuhi orang yang berpuasa dengan ucapan atau perbuatannya, maka dirinya telah terlatih untuk memiliki citra yang baik dan mampu mengendalikan amarah serta akhlak yang mulia.

فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِم

“Maka dari itu, jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya berkelahi (bertengkar) maka cukup katakana: “Maaf saya sedang berpuasa”. (Muttafaq alaih).

Dalam hadits lain disebutkan:

أَعِفُّوا الصِّيَامَ؛ فَإِنَّ الصِّيَامَ لَيْسَ مِنَ الطَّعَامِ وَلا مِنَ الشَّرَابِ، وَلَكِنَّ الصِّيَامَ مِنَ الْمَعَاصِي، فَإِذَا صَامَ أَحَدُكُمْ فَجَهِلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ أَوْ شَتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ

“Sucikanlah puasa, karena puasa itu bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum saja namun puasa adalah menahan diri dari maksiat, dan jika pada suatu seseorang berpuasa lalu ada orang lain mencelanya atau mencacinya maka katakanlah saya sedang berpuasa”. (At-Thoyalisi)

Akhlak yang mulia adalah rahasia kebangkitan umat

Umat Islam yang mumpuni adalah umat yang mampu mensinergikan antara ibadah ruhiyah dan kreatifitas materi, dan antara keberhasilah hidup di dunia dan keberhasilan hidup di akhirat, dan para cendekiawan menyadari bahwa undang-undang saja tidak akan mampu memberikan jaminan dalam memuluskan suatu pekerjaan dan produktifitas yang baik serta pemerataan distribusi, sementara dari sini (ibadah) akan terwujud ketaqwaan, kemuliaan akhlaq dan pembinaan jiwa yang hidup sebagai tujuan asasi bagi seluruh udang-undang dan syariat, bahkan sebagai tujuan utama dari diutusnya Rasulullah saw, seperti sabda beliau:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Ahmad dan ditashih oleh Baihaqi menurut syarat Muslim).

Dan sungguh benar ungkapan penyair terkemuka saat berkata:

وإنما الأُمَمُ الأخْلاقُ ما بَقِيَتْ فإنْ هُمُوا ذَهَبَتْ أخْلاقُهُمْ ذَهَبُوا

Sesungguhnya eksistensi umat tampak pada akhlaknya

Jika rusak akhlaknya maka akan hilang pula eksistensinya

Islam menginginkan melalui ibadah yang mulia pada bulan Ramadhan pada setiap tahunnya untuk mengingatkan umat Islam agar berpegang teguh pada akhlak mulia sehingga mampu merekonstruksi peradaban dan memberi ketenangan hidup di dunia; sebagai rahasia kekuatan dan pondasi kebangkitan serta titik tolak perubahan menuju yang lebih baik…

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month