Share Info

20 January 2011

Kesalahan Operasi Picu Bunuh Diri Dokter Bedah

Kesalahan saat operasi, pekerjaan yang penuh tekanan dan depresi menjadi pemicu utama keinginan bunuh diri para dokter bedah. Sayangnya, para dokter bedah ini paling jarang mencari bantuan profesional untuk masalahnya.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 8.000 dokter bedah di Amerika Serikat ditemukan 6 persen mengakui punya keinginan bunuh diri, terutama pada 16 persen responden yang melakukan kesalahan medis (medical error). Kendati begitu belum diketahui apakah kesalahan operasi ini menjadi alasan.

Para responden yang memiliki pikiran untuk bunuh diri tersebut kebanyakan tidak mencari bantuan dokter kejiwaan. Hanya seperempat yang mengaku melakukan terapi mental. Hal tersebut kontras dengan populasi umum dimana dari 3 persen yang terpikir untuk bunuh diri, 44 persennya melakukan konseling pada ahli kejiwaan.

"Para dokter bedah ini khawatir hal itu akan berpengaruh pada ijin praktik mereka selain juga adanya stigma dari lingkungan. Dari penelitian ini juga terungkap kebanyakan responden mengonsumsi obat anti depresan," kata Dr.Tait Shanafelt dari Mayo Clinic yang melakukan riset ini.

Seorang ahli bedah dari Arkansas, Dr.Robert Lehmberg (63) mengatakan ia juga pernah merasa depresi sampai punya pikiran untuk bunuh diri beberapa tahun silam. Jam kerja yang sibuk, 60-80 jam seminggu diakuinya menjadi salah satu pemicu depresi.

"Bagi dokter bedah, keselamatan pasien adalah tanggung jawabnya. Jadi jika ada sesuatu yang salah saat melakukan pembedahan, secara personal mereka merasa pihak yang paling bertanggung jawab," kata Lehmberg, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penelitian dilakukan pada seluruh anggota American College of Surgeons dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Archives of Surgery. Para responden diberi pertanyaan melalui email mengenai keinginan bunuh diri dalam setahun terakhir.

Penelitian ini tidak secara spesifik menemukan latar belakang keinginan bunuh diri namun diduga kuat hal ini dilatari oleh depresi, jam kerja yang ketat serta kesalahan operasi. Alasan lain yang juga berkontribusi adalah tidak menikah, bercerai, serta tidak memiliki anak.

Studi sebelumnya menemukan 9 persen dokter bedah mengatakan mereka pernah melakukan kesalahan bedah mayor. Rata-rata seorang bedah bekerja dalam jam kerja yang panjang, yakni 60 jam seminggu. Sekitar 40 persen responden mengatakan mereka merasa sangat jenuh dan 30 persen memiliki gejala depresi. Mayoritas dokter itu mengatakan pekerjaan mereka telah merampas waktu untuk keluarga dan diri sendiri.

[Source : Kompas]

0 Comment:

Post a Comment

Silahkan anda meninggalkan komentar yang tidak berbau SARA

Link Exchange

Copy kode di bawah ke blog sobat, saya akan linkback secepatnya

Berbagi Informasi

Sport

Translate

Blog Archive

Pageviews last month